MEDIA
ISLAM
ANTARA
PERAN DAN TANTANGAN
DALAM
PERANG IDEALISME DI
DUNIA INFORMASI
Moh.
Abdul Majid Majid
Al Ansori
PP.
Mambaul Ulum Bata-Bata
Dalam relung
kalbuku, terukir asma
demi asma. Mempatriku
dalam prisma kesucian.
Meski ada tanjakan
dan turunan curam disana.
Sehingga yang perlu ku
ingat, bahwa aku
adalah samudera yang
akan terus berusaha
menyebar dan membanjiri pemukiman
beserta tanjakan dan turunan
curamnya.
Suatu hal
yang biasa kita anggap
positif tak akan
lepas dari peran
pentingnya. Karena masyarakat
sebagai konsumen utama
akan memberikan penilaian
terhadap peran sesuatu
tersebut. Begitu pula
dalam media islam.
Bagaimana peran dari
berbagai media islam
dapat dirasakan oleh
masyarakat luas. Tak
hanya pada orang
islam saja, orang
non islampun diharapkan
bisa mendengar dan
menyimak hal-hal yang
bersangkutan dengan islam
dari berbagai media
islam terkait. Namun
suatu peran dapat
dikatakan terwujud dan
mengalami kesuksesan apabila
telah melalui berbagai
tantangan yang beragam.
Karena, apabila peran
tidak diimbangi dengan
tantangan, peran tersebut
akan tampak lebih
pincang, tak kokoh,
dan kurang mendapat
kepercayaan penuh dari
kebanyakan penganutnya. Tapi,
sebenarnya tantangan itu
pastilah ada. Tidak
mungkin suatu hal
yang kita lakukan
akan mengundang perhatian
baik dari semua
kalangan tanpa ada suatu bantahan
dari pihak lain.
Dari mereka pastilah
ada yang membenci,
iri hati, atau
bahkan berniat menggagalkan
usaha yang sedang
kita tempuh. Sebagaimana
argumentasi dari seorang
pepatah arab mengenai
hal tersebut;
امسِ في
طريق الله #
لا تبالِ أحدا
فإنّ لكلّ
أحد # محبّا
و مغضبا
“ berpegang teguhlah kalian di
jalan allah dan
jangan hiraukan orang
lain, karena dalam
segala sesuatu ada محبّا
(orang
yang suka) dan مغضبا (orang yang membenci)
”
Namun, dari argumentasi
di atas, meskipun
banyak tantangan yang
mengepung kita dari
segala penjuru, kita
tidak perlu pesimis apabila kita
memang terbukti benar.
Bahkan, dengan adanya
berbagai tantangan dari
pihak manapun kita akan
berusaha memupuk dan
membentengi diri sebagai
bentuk persiapan untuk
mengendalikan peperangan idealisme
yang akhir-akhir ini
banyak terjadi di
berbagai media massa
yang ada.
Seperti itulah
cuplikan kecil mengenai
peran dan tantangan,
dan media islam
sendiri harus menerima
kenyataan yang telah
ada, bahwa dalam
menjalankan visi dan
misi media islam
yang orientasinya berpusat
dalam dakwah banyak
mengalami lika-liku dan
hambatan yang sering
diluncurkan musuh-musuh islam
melalui dunia informasi
terkini.
Dunia informasi
di era masa kini
memang sudah menjadi
gila. Di dalamnya
banyak terjadi perang
idealisme yang menyangkut
masalah agama. Musuh-musuh
islam setiap harinya
tanpa henti menyebarkan
berbagai isu yang
sangat mengancam keberadaan
agama islam di
mata masyarakat. Tidak jarang
pula kita temukan
pelecehan demi pelecehen
yang sangat mengundang
respon buruk dari
umat muslim sendiri. Dunia informasi
yang seperti itu
tidak bermonoton pada
satu jenis media
saja. Baik di
media cetak maupun
di media massa
isu-isu yang tersebar
sudah mulai memanipulasi
cara berfikir orang-orang
islam yang masih
mengalami keterbatasan dalam
aspek iman mereka.
Setelah masa
orde baru, dalam
hal ini media
cetak mulai menentukan
langkahnya. Muncullah suatu
majalah berbasis sekuler
yang sarat dengan
berbagai manipulasi-manipulasi.
Majalah ini diprakarsai
oleh suatu kelompok
rahasia yang beraktivitas
dalam menyebarkan basis
pemikiran mereka. Bentuk
aktivitas yang mereka
terapkan semisal menerbitkan
majalah luks yang
berisi berbagai artikel
kajian bermuatan kekufuran
pemikiran dari Atheisme,
orientalisme, sekularisme, komunisme,
liberalisme, marxisme,
Kristen, yahudi, dan
lainnya. Ungkapan yang
pas untuk sebutan
majalah ini ialah adegium yang
sangat populer di
kalangan ulama dengan
istilah yang berbunyi;
فيه كلّ شيء
إلاّ الحق
“di
dalamnya terdapat apapun,
kecuali kebenaran”
dalam tiap edisi
majalah ini memuat
artikel hasil kajian
orientalis yang menyerang
islam dan umatnya.
Seorang pendeta yang
memuat akidah nasrani
yang batil, atau
seorang marxis yang
menyebarkan ideologinya yang
rusak. Majalah ini
menjadi ajang atau fasilitator
pengenalan terhadap para
pemikir-pemikir sekuler yang
telah dihukumi kafir
dan dimusuhi oleh para
ulama di negerinya,
semisal; Fazhurrahman, Hasan Hanafi,
Muhammad Arkoun, dan
lainnya.
Sayangnnya, majalah
ini membawa nama
yang menipu para
pembaca. Kalangan awam
yang tidak mampu
membedakan pemikiran yang
benar dan berbahaya
sangatlah rentan menjadi
korban. Mendengar namanya,
pembaca akan menebak
bahwa ini adalah
majalah islam yang
bagus. Akan tetapi,
saat membuka dan
membacanya, ia akan
menemukan hal yang
aneh dan asing
yang bukan berasal
dari ajaran islam.
Patut dicatat pula,
dalam menuangkan gagasannya,
mereka menggunakan metode
filosofis disertai tema
dan istilah yang
mewah. Mereka memperbanyak
penggunaan istilah asing
untuk memberi kesan
bahwa majalah ini
berkualitas tinggi. Ungkapan
yang dipakai cenderung
hanya bisa dipahami
oleh kalangan yang
memiliki latar belakang
bahasa dan wawasan
yang memadai.
Tragisnya pula,
banyak orang tertipu
akibat keawaman mereka soal
kaidah ilmiah. Mereka
mengira bobot ilmiah
sebuah gagasan terletak
pada tingkat kesulitan
memahami dan penggunaan
istilah modern dalam
porsi yang amat
besar. Dan lebih
parahnya lagi, apabila
artikel-artikel yang mereka
muat menyerang keberadaan
sunnah. Beberapa artikel
pula telah meragukan
otentitas, berisi kesalahpahaman atau
penyerangan terhadap kandungan
hadist dan semacamnya.
Selain yang
diulas barusan, masih
terdapat berbagai serangan
yang lebih keji
dari berbagai media
cetak yang tidak
bisa dimuat karena
keterbatasan ruang yang
ada.
Adapun dari
media massa, hal
ini lebih mengkhawatirkan. Bahkan
di setiap situs
ternama permasalahan mengenai
perang idealisme sering
menjadi topik perbincangan.
Dengan adanya dunia
informasi yang semakin
canggih dan meluas,
para musuh-musuh islam
akan memanfaatkan kesempatan
ini. Sehingga sering
kita temukan perdebatan-perdebatan berlangsung
secara terbuka di
setiap jejaring sosial
yang berbeda. Merekapun
dengan beraninya membuat
semacam bloger resmi yang
menyediakan berbagai fasilitas
kemudahan serta permainan
di dalamnya. Hal
itu pula yang
menjadikan orang awam
islam menjadi tertarik
terhadap apa yang
mereka tawarkan. Sehingga
secara tidak langsung
mereka telah menghipnotis
segenap orang-orang awam
dan menyuapinya dengan
berbagai sajian liberal,
orientalis, dan semacamnya.
Metode yang
demikian merupakan satu
dari ribuan metode
yang mereka miliki.
Kaum-kaum sebangsa mereka
dari kalangan yahudi,
nasrani, dan yang
lainnya memang sangat cerdas
dan brilliant dalam
memanfaatkan kesempatan yang
ada melalui dunia
informasi yang beragam.
Oleh
karena itu, perlu
adanya bentuk antisipasi
dari media islam
yang sangat bertumpu
pada medan dakwah.
Aktivis-aktivis dakwahpun dituntut
penuh untuk menjaga
kearifan norma-norma ajaran
islam agar tidak
diputar arah lajunya.
Mereka harus bertindak
sekreatif mungkin membuat
semacam ide pemikiran
baru agar media
islam dapat berperan
dengan baik. Ada
hal penting pula
yang perlu dijadikan
catatan oleh para
penggerak media islam
bahwa yang harus
dijadikan titik tekan
pada era modern
seperti sekarang ini adalah
nilai-nilai akan norma
keagamaan dan perilaku
umat islam tersendiri.
Karena para musuh-musuh
islam sebelum fokus
untuk mempengaruhi idealisme
umat islam, mereka terlebih
dahulu memberikan stimulus
berupa sarana-sarana kemudahan,
permainan, dan hiburan
yang secara perlahan
mentransformasi perilaku umat
islam. Sehingga kesatuan
antar umat islampun akan
sulit terbentuk, dan
pada saat itulah
mereka akan menerjun payungkan antuk-anteknya di setiap
arena umat islam
untuk mengubah pola
pikir mereka satu-persatu.
Oleh
karena itu, kita
sebagai generasi muslim
di era modern
ini kita diharapkan
dapat bersama-sama menghimpun
kekuatan dalam perang
edealisme yang terjadi
sekarang. Tentunya kita
tidak akan menyerah
begitu saja. Lalu
apa kata para
pendahulu kita disaat
generasinya malah menyerah
sebelum berperang li ilai kalimatillah, tentunya
mereka akan tampak
kecewa. Sehingga apa
salahnya kita berusaha.
Bagaimana agama islam
ini bisa menempati
label tertinggi dan
mencapai kejayaan di
setiap media yang
ada. Karena, suatu perencanaan
yang besar tidak
akan berbuah manis
tanpa melalui berbagai
rintangan yang menghadang.
Sebagaimana sebuah qoidah
fiqh yang sangat
relevan sekali yang berbunyi;
لا
راحة لمن لا مشقّة
“sebuah kebahagiaan sulit
tercapai tanpa diimbangi
dengan suatu kesulitan/rintangan”
Hidup memang
tidak bisa kita
atur sesuai kehendak
kita, namun bagaimana
hidup bisa kita
rasakan dengan manis
dan sempurna. Sehingga kehidupan
yang hakiki tidak
dihiasi dengan keraguan
di dalamnya. Karena
dengan hidup yang
hakiki kitapun punya kesempatan dan
peluang besar untuk
mengetahui jati diri
kita. Maka jangan
sia-siakan hidup!
Terima kasih
Tidak ada komentar:
Posting Komentar