Gaya
Hidup Generasi Muda Madura
Dalam
Menjaga Nilai-Nilai Kearifan Lokal Budaya
Moh.Abdul Majid Al Ansori
MA. MAMBAUL ULUM BATA-BATA
Madura…! Akulah darahmu…! Madura…! Akulah darahmu…!
Madura…! Akulah darahmu…!
Bentangkan sayapmu dan kepakkanah dalam bahtera pergulatan maut di
penghujung samudera. Kobarkan api juangmu, tuk membakar tiap langkah para singa
yang tengah bersiap dengan seribu terkamannya. Serulah aku dan segenap
pribumimu ! karena, kami adalah darahmu…!
Kalangan pemuda dalam suatu bangsa memang merupakan prioritas yang
penting untuk diperbincangkan. Masa muda yang tengah mereka alami adalah masa
pertengahan, dimana pada masa itu mereka sudai mulai mencoba untuk berfikir dan
berani menentukan pilihan hidup mereka. Baik atau burukkah hal-hal yang akan
mereka perbuat. Sehingga bisa disimpulkan pula bahwa masa muda atau masa remaja
merupakan masa keemasan dan kecerdasan otak bagi setiap insan manusia.
Bermodalkan otak
yang cerdas dan brilian tersebut, seorang pemuda akan terdorong untuk terus berfikir
dan mengkhayal. Pada saat seperti itu pula, angan-angan akan cita-cita di masa
mendatang sudah mulai mereka pertimbangkan. Sehingga mereka akan banyak
disibukkan dengan aktivitas berfikir dan banyak terjun di dunia keorganisasian
yang sangat berorientasi pada cita-cita yang telah mereka pilih. Maka tentunya
mereka tidak akan terlepas dari aktivitas berfikir tersebut.
Beda halnya dengan
masa tua atau yang biasa disebut dengan masa dewasa. Pada masa-masa seperti
ini, seseorang dalam kapasitas berfikirnya sudah mengalami penurunan meskipun
hal itu tidak begitu signifikan, dan mereka tidak lagi berupaya mengembangkan
kepribadian mereka. Merekapun berhenti dari mensibukkan diri dengan aktivitas
yang berorientasi pada pengembangan diri dan karakteristik. Akal pemikiran
mereka cenderung tertuju pada hal-hal yang lebih subtantif, semisal mengenai
pola hidup, hubungan sosial dengan masyarakat, dan perekonomian serta
kesejahteraan keluarga.
Dengan hal itu,
ketika kalangan pemuda dihubungkan dengan keberadaan suatu bangsa, secara
otomatis mereka memiliki peranan penting di dalam kemelut kehidupan bangsa
tersebut. Sehingga dari pernyataan di atas, mengenai kecerdasan intelektual
generasi muda yang bernilai lebih, kalangan pemuda dalam kehidupan berbangsa
dapat diartikan secara mendasar bahwa mereka merupakan bentuk kadernisasi di
masa mendatang dalam mengaktualisasikan suatu bangsa yang mereka usung.
Sebagaimana argumentasi yang dilontarkan oleh seorang pepatah arab;
"شبّان اليوم رجال الغد"
“pemuda masa kini adalah generasi di masa
mendatang”
Bukan hanya ini saja, tokoh-tokoh terkemuka Indonesiapun ikut
melontarkan argumentasi mereka yang senada dengan pernyataan pepatah barusan,
meskipun dalam konteks pernyataan yang berbeda, semisal;
“bawalah
padaku sepuluh orang pemuda,akan aku ubah dunia”
Sebegitu
pentingkah peran pemuda dalan suatu bangsa? Jawabannya adalah iya. Kalangan
pemuda dalam suatu bangsa merupakan bentuk gambaran ataupun cuplikan mendasar
dari karakteristik dan kehidupan bangsa tersebut. Sehingga bisa dikatakan bahwa
pemuda merupakan ruh dari sebuah bangsa, dan Madura sendiri tentunya tidak
terlepas dari peranan pemuda di dalam pergerakan dan perkembangannya. Maka
perlu adanya bentuk kesadaran dari kalangan pemuda Madura. Sangat diharapakan
sekali generasi muda Madura untuk menggalang kekuatan dan mencurahkan segenap
ide-ide cemerlang mereka untuk melahirkan produk-produk baru dan bermutu, baik
dari segi sosial, pendidikan maupun budaya yang merupakan identitas terkuat
Madura yang sangat familiar di persada nusantara.
Berbicara mengenai
kebudayaan di Madura, Madura memang dipenuhi dengan beraneka ragam budaya, dan
kebudayaan di Madura tentunya tak sedikit orang yang telah mengacungkan jempol
bahkan dengan suka rela berpartisipasi dalam pelestarian kebudayaan Madura
tersebut. Dari sektor seni rias dan busana, siapa yang tidak tahu batik. Batik
yang masa kini sudah menyebar ke seluruh nusantara bahkan dapat menembus pasar
internasional merupakan karya tangan-tangan ahli Madura yang sangat
menakjubkan. Di sektor olahraga pun begitu meriah. Kebudayaan Madura yang
dikenal dengan kerapan sapi tersebut tak kalah menariknya, dan banyak pula
pengunjung-pengunjung dari luar daerah yang menyempatkan diri berpartisipasi
dalam kegiatan tersebut.
Hal ini masih secara
garis besarnya saja, kebudayaan-kebudayaan di Madura yang sangat menjadi
sorotan publik dan masih dilestarikan di banyak tempat di pulau Madura. Namun,
bukan berarti Madura tidak memiliki kebudayaan lainnya. Dalam pentas
pertunjukan seni tari Madura punya yang namanya tari topeng dalang, yang sempat
menjadi sorotan publik. Ada pula tarian-tarian islami yang pada masa kini masih
terus dikembangkan dan dilestarikan di banyak pondok pesantren di Madura.
Lagu-lagu khas daerah pun tak kalah menarik. Begitu pula dari sektor kebahasaan
yang banyak sekali dihiasi dengan sastra-sastra yang sarat dengan kandungan
keagamaaan, sosial, dan yang lainnya.
Namun nyatanya, di
masa modernisasi seperti sekarang ini, kebudayaan-kebudayaan Madura tampaknya
mengalami kemerosotan sedikit demi sedikit. Mungkin hanya batik dan kerapan
sapi saja yang saat ini masih terus dilestarikan. Kebudayaan-kebudayaan tari
bahkan adat istiadat keagamaan sudah kurang diperhatikan. Lebih ironisnya lagi,
bahasa yang merupakan identitas asli Madura sudah jaramg dipakai, sehingga
seakan-seakan bahasa Madura menjadi sebuah bahasa yang asing di daerahnya
sendiri
Sangat disayangkan
sekali, dalam kenyataannya, kemerosotan budaya Madura banyak datang dari
kalangan pemuda. Pemuda yang sangat diharapkan dapat melestarikan bahkan menghantarkan kebudayaan
Madura ke kasta tertinggi malah berbalik arah. Generasi muda Madura seakan-akan
menelantarkan kebudayaan Madura di ujung gerbang kepunahan. Pemuda dalam konteks
yang seperti ini banyak dipengaruhi oleh modernisasi dan kemajuan zaman yang
telah merasuki jiwa mereka. Kedatangan modernisasi di Madura tampaknya disambut
secara mutlak. Generasi muda tidak terlebih dahulu berfikir untuk memilah dan
memilih informasi dan hal-hal yang datangnya dari luar. Sehingga hal itu
membuat idealisme dan pola hidup mereka menjadi berubah dan banyak dihipnotis
oleh berbagai kebudayaan barat yang hadir bersama datangnya kemajuan teknologi.
Generasi muda
telah salah menanggapi adanya kemajuan teknologi sehingga berdampak buruk pada
kebudayaan Madura. Mereka menganggap sudah tidak zamannya lagi bila generasi
muda masih bersikukuh dan berpartisipasi dalam kebudayaan tradisional.
Kalangan pemuda sudah banyak
menyerap budaya budaya asing dan mencampur aduknya dengan budaya lokal madura.
Bahasa Madura sudah tidak lagi mereka kenal, mereka lebih suka berbahasa
inggris ataupun lainnya karena dengan hal itu mereka merasa tampil trendy,
keren dan semacamnya. dan hal ini bisa dibuktikan dengan bukti yang cukup
akurat. Apakah ada kalangan pemuda yang masih bersenandung dengan lagu-lagu
daerah? Semua itu telah mereka ubah dengan musik dari band-band ternama. Masih
adakah dari mereka yang menggemari tarian topeng dalang? Hal itu pula telah mereka ganti dengan
komunitas boy’s band dan semacamnya. Lalu apakah masih ada pula kalangan pemuda yang sudi memakai
pakaian adat? Nyatanya telah mereka ganti dengan shrit, jeans dan lainnya.
Inilah bentuk perubahan yang sangat jelas dari pola hidup generasi muda di Madura
terhadap keberadaan budaya Madura. Padahal, generasi muda sepantasnya dengan
perkembangan tekhnologi yang canggih seperti masa kini dapat memperkenalkan
pada dunia akan kebudayaan Madura yang melimpah ruah itu.
Namun, bukan berarti generasi muda
telah terlambat untuk memperbaiki hal itu. Masih banyak peluang yang
dimiliki,yang pada dasarnya harus ada bentuk kesadaran dari tiap individual
pemuda. Dari kesadaran itulah mereka akan berusaha mempertahankan kebudayaan
Madura tanpa harus merubah pola hidup mereka. Hal itu pula merupakan bentuk (حبّ
الوطن) kecintaan mereka pada
tanah airnya. Pemuda yang dapat mengaktualisasikan hal tersebut adalah pemuda
Madura yang sesungguhnya., karena karakteristik dari jiwa orang Madura sejati
adalah pemberani dan siap menjaga harga diri. Oleh karena itu, kalau memang
mereka mengakui sebagai generasi muda Madura, apakah mereka hanya akan diam
saja disaat kebudayaan mereka sendiri dicemari oleh kebudayaan asing?
Sorak-sorai burung dan percikan air di
hamparan padang rumputmu merasuk dalam sukmaku. Dada pun kini membusung, saat
sebuah suara dengan sengaja memekakkan telinga berupa jeritan tanah garam yang
ketakutan akan hilangnya sederetan mutiara samudera. (conan jimmy)
Madura akulah darahmu…!
Terima Kasih
Tidak ada komentar:
Posting Komentar