Jumat, 24 Juni 2016

Resensi-Sejak Awal kami Tahu, Ini Tidak Akan Pernah Mudah



MEMILIH JALAN TERBAIK
Hasil gambar untuk buku sejak awal kami tahu 
Judul Buku                  : Sejak awal Kami tahu, Ini Tidak Akan pernah Mudah
Penulis                         : Sisimaya
Penerbit                       : Diva Press
Cetakan I                    : 2016
Jumlah Halaman          : 268
ISBN                           : 978-602-391-080-9

            Novelis tebaru kini telah muncul dengan sosok Sisimaya. Buku ini sebagai pengantar bagi sang penulis untuk merambah dunia media cetak di Indonesia. Meski telah banyak menerbitkan karya-karya dalam bentuk antologi bersama, dengan karya solo perdananya ini, Sisimaya mengungkapkan jatidiri sebenarnya sebagai novelis. Langkah awal menuju sebuah kebanggaan.

            Dalam menelaah kajian kebahasaan dalam novel ini, perlu diawal kita sejenak merenungkan tentang konsep yang diangkat Sisimaya dalam pemberian judul novel perdananya ini. Bagi mereka yang masih terlalu ranum dalam mengkonsumsi buku, novel ini akan sedikit memberikan kejutan dan keunikan dalam hal penempatan judulnya. Judul karya fiksi yang kebanyakan disajikan secara eksplisit, singkat, padat, sarat makna dan misteri, malah kini seakan membentuk suatu kalimat sempurna untuk mengawali sebuah paragraf artikel. Para pembaca mungkin telah lebih dahulu tahu, pada novel-novel terkemuka seperti dealova, laskar pelangi, dan 5cm, yang judulnya membentuk petak kata penuh tanda tanya dengan 1-2 kosakata. Lantas upaya Sisimaya dalam pemberian judul novelnya seakan bertolak belakang dengan tradisi pemberian judul pada sebuah karya fiksi, dan disinilah keunikan karyanya tersajikan.

            Terlebih lagi, pesan yang ingin disampaikan Sisimaya sudah terangkum sempurna dalam rentetan judul panjangnya itu. Selain dari faktor keunikannya, judul “Sejak Awal Kami Tahu, Ini Tidak Akan Pernah Mudah” tersebut menjadi cuplikan mendasar bagi pembaca,  bahwa cerita yang diangkat merupakan problematika serta pilihan hidup yang tidak mudah untuk menentukannya. 

            Entah siapapun takkan menyangka dirinya akan menjadi sesosok Agus dalam kisah novel tersebut. Agus yang tengah berada di puncak kesuksesannya dan telah didampingi oleh sang pujaan hati, malah harus meniggalkan semuanya  dan kembali dari awal lagi hanya karens sebuah arti balas budi. Terlebih bukit yang akan didakinya ini, bukanlah bukit yang memang menjadi impiannya. Sungguh terasa berat, karena takkan banyak orang yang lebih memilih jalan seperti itu. Antara keinginan besar, pengorbanan, dan cinta berkecamuk melawan sikap balas budi antar sesama manusia. Disinilah pembaca akan diajak menyelami panorama alangkah pentingnya balas budi itu, terlebih bagi orang yang telah berjasa bagi kita.

            Kisah perjuangan hidup diantara berbagai pilihan yang demikian, menjadi semakin apik dengan sajian percintaan semu yang sangat diplomatis melanda diri Agus. Undangan pernikahan Anggi yang datang secara tiba-tiba memutuskan harapannya bahwa Anggi sedang menunggu. Begitu pula lamaran Galih pada Ratna yang menggagalkan rencananya untuk mengutarakan perasaan anehnya pada saudara angkatnya itu. Merasa sudah tak ada takdir cinta baginya, Agus hampir saja melarikan diri dari segala kenangannya, hingga dia terhenti oleh sebuah kenyataan bahwa cintanya tak bertepuk sebelah tangan pada Ratna.

            Sungguh novel yang begitu menggugah. Memberikan khazanah tersendiri akan pentas dunia yang terkadang bahkan seringkali menantang kita untuk mengambil jalan yang tidak ingin kita tempuh pada awalnya. Siapkah kita untuk itu ?

2 komentar:

  1. bagus banget.... menarik dan pengen baca...

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya, meski masih tulisan pertama, sisimaya menyajikannya dalam takaran yang sudah dominan saya kira.

      Hapus