Jumat, 24 Juni 2016

KARYA TULIS ILMIYAH-POTRET KEBUDAYAAN ISLAM YANG KIAN DIHILANGKAN




POTRET KEBUDAYAAN ISLAM YANG KIAN DIHILANGKAN

KARYA TULIS ILMIYAH
Diajukan untuk mengikuti lomba karya tulis ilmiyah (LKTI)
yang diadakan oleh PEMUDA PECINTA BUKU





Disusun oleh :
MOH. ABDUL MAJID AL ANSORI
ANIS BILLAH
ACH. ROFIKI ZAKKI







PONDOK PESANTREN MAMBAUL ULUM BATA-BATA
PANAAN PALENGAAN PAMEKASAN
MADURA JAWA TIMUR


KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
   Alhamdulillah. Segala puji terhaturkan kepada allah swt. Atas nikmat taufik dan hidayahnya yang berupa islam dan iman, semuga sampai ruh ini berpisah dengan jasadnya, keduanya tetap bersemayam dalam hati dan raga ini. Shalawat dan salam tetap teruntuk baginda nabi Muhammad saw. Sosok suri tauladan meraih kebahagiaan abadi diakhirat kelak.
  Kami sangat bersyukur kepada allah swt. Karna atas hidayahnya karya tulis ilmiyah ini dapat diselesaikan walaupun masih jauh dari kesempurnaan. Baik dari segi bahasa, penyusunan, dan lain sebagainya. Karena penulis masih dalam tahap pembelajaran dalam pembuatan karya tulis ilmiyah ini. Karya tulis ilmiyah  ini, penulis sajikan dalam rangka untuk mengikuti Lomba Karya Tulis Ilmiyah yang diadakan oleh   .
            Penulis memohon kepada para pembaca pada umumnya apabila menemukan kesalahan atau kekurangan dalam karya tulis ilmiyah ini, penulis mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun.
Selanjutnya penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1.     Pengasuh pondok pesantren tercinta RKH. Abd. Hamid AMZ dan beserta keluarga besar Pondok Pesantren Mambaul Ulum Bata-bata.
2.     Ustad Ach. Khusairi, S.Pd.I selaku pengurus Pondok Pesantren Mambaul Ulum Bata-Bata yang telah sudi meluangkan waktunya membantu kami dalam pembuatan karya ilmiyah  ini.

Pamekasan, 21 Juni  2015
PENULIS



MOH. ABDUL MAJID AL ANSORI


DAFTAR ISI
Halaman sampul..............................................................................................   i
Kata Pengantar................................................................................................   ii
Daftar Isi.........................................................................................................   iii

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.........................................................................................   1
1.2. Rumusan Masalah....................................................................................   2
1.3. Tujuan Penulisan......................................................................................   3

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Makna Budaya dalam Islam.....................................................................   4
2.2. Nilai-Nilai Budaya dalam Islam...............................................................   5
2.3. Potret Budaya dalam Islam......................................................................   10

BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan...............................................................................................   13
3.2. Saran.........................................................................................................   13
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................   14



BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Islam merupakan agama yang  jaya. Meski tidak semua orang mengetahuinya. Kejayaan Islam akan tampak secara langsung di mata publik apabila islam dilihat akan sejarahnya. Karena dengan sejarah, identitas Islam akan terbukti secara nyata. Sejarah telah mengabadikan tentang pendidikan yang berbasis Islam, tentang pengobatan alternatif berdasarkan keilmuan Islam, tentang perekonomian yang berputar dalam poros Islam, dan juga tentang kebudayaan yang bernuansakan kehangatan Islam.

Dari kebudayaan inilah Islam dikembangkan. Kebudayaan dalam arti kata erat sekali hubungannya dengan pendidikan karena keduanya merupakan satu rumpun dalam perwujudan visi dan misi keislaman. Visi untuk mencetak umat Islam yang berpengetahuan lagi beradab dan misi untuk melindungi umat Islam dari kejahiliyahan etika dan peradaban. Visi dan misi yang demikian dicanangkan bagi setiap umat manusia yang baru lahir. Sebagaiman firman Allah SWT :

Artinya : “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam Keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati nurani, agar kamu bersyukur.” (Q.S. An-Nah : 78)
Ataupun bagi mereka yang telah berpengetahuan sekalipun. Karena setiap orang tidak akan selamanya benar. Pada suatu saat kesalahan akan menimpa pada dirinya disebabkan pengetahuan yang dimiliki tidaklah sempurna. Sebagaimana firman Allah :

Artinya : “Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu Termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit".” (Q.S. Al-Isra’ : 85)

Islam dapat dikatakan pada awalnya ditunjang dengan kebudayaan. Bukti sudah jelas dengan diturunkannya Al-Quran pada saat kaum Quraisy tengah bersuka cita dengan kebudayaan syair menyair mereka. Al-Quran secara spontan telah mengalahkan syair-syair terkemuka dengan ayat-ayat sucinya. Terlebih dalam budaya bertingkah laku kaum Quraisy yang jauh dari kebenaran. Sehingga diutuslah Nabi Muhammad untuk meluruskan budaya termasuk akidah yang mereka anut menuju budaya dan akidah keislaman. 

Lagi pula, akankah ada budaya yang tidak menyangkut agama? Karena dalam ranah sosial sekalipun agama telah mengaturnya. Sehingga hal demikian menjadi sangat selaras dengan visi dan misi kebudayaan dalam Islam. Diharapkan pula dengan nilai-nilai budaya yang dikembangkan dengan asas Islam, umat manusia menjadi generasi yang beradab dan tahu akan peradaban.

Sebagaimana prakata di atas, Islam akan tampak kejayaannya bila diteliti melalui sejarah, tidak dengan realita. Pada kehidupan yang realistis ini, Islam adalah agama yang kalah. Bagaimana tidak kalah? Medianya dihancurkan, produk-produknya diboikot, dan yang terpenting kebudayaannya telah dimusnahkan. Bukankah kebudayaan telah menjadi penunjang awal kebangkitan Islam? Lantas, apakah dengan kebudayaan pula Islam akan dirobohkan dan dibinasakan? Sehingga penulis berinisiatif untuk menyusun karya tulis ilmiyah ini dengan judul “Potret Kebudayaan Islam yang Kian Dihilangkan”.

1.2. Rumusan Masalah
1.2.1.      Apakah makna budaya dalam Islam?
1.2.2.      Apa saja nilai-nilai budaya dalam Islam?
1.2.3.      Seperti apa potret budaya dalam Islam?

1.3. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan karya tulis ilmiyah ini adalah :
1.3.1.      Mengetahui makna budaya dalam Islam.
1.3.2.      Mengetahui nilai-nilai budaya dalam Islam.
1.3.3.      Mengetahui potret budaya dalam Islam.



BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Makna Budaya Dalam Islam
Dari rentetan sejarah yang kian berabad-abad, kebudayaan merupakan unsur penting yang mengoptimalkan unsur-unsur lainnya. Bila sektor perekonomian di sebuah kelompok masyarakat rendah, kebudayaan dapat membantu kesulitan itu. Kelompok dari daerah lain yang merasa asing dengan kebudayaan tersebut akan merasa penasaran dan bahkan tertarik dengannya. Namun jangan salah diartikan untuk menjual kebudayaan, hanya kelompok hina dan mementingkan materi belaka yang melakukan hal demikian.

            Budaya dalam kosakata Arab dikenal dengan kata ثقافة, Mahmud Yunus, (2010:81) yang berarti pikiran, akal budi, dan adat istiadat. (kbbi.offline) Adapun menurut istilah adalah hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia seperti kepercayaan, kesenian, dan adat istiadat. Dapat diartikan pula sebagai keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluq sosial yang digunakan untuk memahami lingkungan serta pengalamannya dan yang menjadi pedoman tingkah lakunya.
            Menurut Dedi Supriyadi, M.Ag. (2008:16) :

Dalam Oxford Advanced Leaner’s Dictionary of Current English, diuraikan bahwa kata ‘kebudayaan’ semakna dengan ‘culture’ yang memiliki pengertian beragam.... yang dapat memberi pemahaman bahwa kebudayaan adalah pembangunan yang didasarkan pada kekuatan manusia, baik pembangunan jiwa, pikiran, dan semangat melalui latihan dan pengalaman; bukti nyata pembangunan intelektual, seperti seni dan pengetahuan; atau perkembangan intelektual di antara budaya orang; bahwa kebudayaan adalah semua seni, kepercayaan institusi sosial, seperti karakteristik masyarakat, suku, dan sebagainya.....
Sekilas pengertian kebudayaan di atas tidak secara sistematik dan teknis. Pengertian secara komprehensif dapat dilihat dari buku the World University Encyclopedia yang menjelaskan bahwa.... kebudayaan adalah pandangan hidup sebuah masyarakat; ia adalah totalitas spiritual, intelektual, dan sikap artistik yang dibentuk oleh masyarakat, termasuk tradisi, kebiasaan, adat, moral, hukum, dan hubungan sosial.
Buku The World Book Encyclopedia juga menjelaskan secara rinci dan sistematik dibanding kamus Oxford, bahwa ‘kebudayaan’ adalah... semua aktivitas manusia yang nyata termasuk prestasi dalam berbagai bidang, yang berlangsung dari satu generasi manusia ke generasi berikutnya. Kebudayaan bermakna berbagai kegiatan yang menggunakan bahasa, menikah, membesarkan anak-anak, mencari nafkah, menjalankan pemerintahan, berjuang dalam perang, dan ikut serta dalam berbagai kegiatan keagamaan. Adapun kebudayaan dalam arti sempit adalah.... serangkaian cara hidup dari komunitas masyarakat. “Secara singkat dan sederhana, sebagaimana dipahami secara umum, kebudayaan adalah ‘semua hasil karya, rasa, dan cipta manusia’.” (Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, 1964:113)                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                 
Pada zaman klasik, istilah budaya tidaklah dipergunakan. Corak kebudayaan yang meluas di lapisan masyarakat lebih dikenal dengan sebutan adat. Dengan adat, manusia dapat berkarya. Karena setiap karya logistik yang ditimbulkan oleh akal pikir mereka merupakan sebuah bukti nyata dari adat dan perlu dilestarikan. Tentu pula, dalam sebuah adat ataupun budaya pastilah ada nilai, riwayat dan maksud. Meski sebenarnya mereka diberi kebebasan dalam berkarya, tapi mereka tidak menganggap pembuatan karya sebagai ajang iseng-isengan belaka. Terlebih mereka akan menyisipkan nilai estetika dalam karyanya dengan bermodalkan maksud dan tujuan tertentu dalam pembuatannya. Maka dari itu, kebudayaan ataupun adat istiadat sangat erat hubungannya dengan sejarah dimana budaya itu mulai dibentuk. Sehingga dalam pelaksanaannya, tidak ada kata menyimpang dari asal. Pengembangan memang perlu, namun tetap memperhatikan nilai dan tujuan yang dimaksudkan tadi.
           
2.2. Nilai-Nilai Budaya Dalam Islam
Adapun unsur dari nilai-nilai yang mendukung atas terealisasinya visi dan misi keislaman adalah sebagai berikut :

2.2.1. Millah
            Kata-kata millah berasal dari akar kata malla yamullu mallan dengan arti “menjahit pakaian”. Adapun kata pluralnya yaitu milal. Kata milal inilah yang banyak terdapat dalam Al-Quran seperti halnya surah Al-Baqarah ayat 130,135, Ali Imron ayat 75, An-Nisa’ ayat 124. Adapun dalam pengertian yang dimaksud, millah bermakna agama, syariat, hukum, dan cara beribadat.

            Dari pengertian di atas, dengan adanya nilai kebudayaan yang berupa millah, masyarakat akan diajarkan tentang keutamaan dalam melestarikan kebudayaan beribadah, bersyariat, dan bernorma hukum. Karena budaya dalam konteks agama sangatlah luas dengan penjabaran yang mendalam. Dapat diartikan pula, manusia disebut serentak untuk menggalang kemantapan hukum dan tujuan keagamaan dalam bentuk ibadah. Sehingga, dengan struktural kebudayaan yang demikian, manusia akan disatukan dalam satu rumpun keagamaan. Hayat mereka diperbetulkan serta mengikat norma-norma tradisi Islam dan tentunya melalui tuntunan Al-Quran dan Rasul yang diutus.

            Millah sebagaimana yang disebutkan dalam Al-Quran diperuntukkan untuk umat seperti umat Islam yang digolongkan terhadap manusia yang suci, yang berpegang kepada agama, mengamalkan hukum syariat, serta menjalankan tugas rohaniyah mereka dalam hidup dan peradaban. Disinilah kelihatan timbulnya kebudayaan yang bersifat klasik dan keagamaan dalam arti yang setepatnya.

2.2.2. Ummah
            Kata ummah adalah kata yang biasa digunakan dalam hal-hal yang berhubungan dengan muslimin sebagai entiti yang bersifat kolektif. Kalimat ini yang plural adalah umam dan digunakan dalam Al-Quran hampir 40 kali (Ilmi Zadeh, 2011:31-32). Adapun dalam arti arab klasik, ummah berasal dari kata kerja ‘Amma yaummu amman yang berarti mengarahkan perjalanan seseorang ke arah tertentu. Kata ummah dimaksudkan sebagai golongan besar manusia yang dihubungkan dengan kepemimpinan Nabi atau Rasul.
            Umat islam dipanggil sebagai umat yang terbaik dalam Al-Quran :

Artinya : “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.” (Ali Imran : 110)

Pengertian di dalamnya adalah bahwa umat Islam itu merupakan golongan yang suci, mukaddas, bukan tanpa tujuan atau sifat sebagai pelaksana ajaran dan syariat dari tuhan. Perjalanan hidup umat itu adalah bersyariat. Mempunyai arah kehidupan yang ditentukan dalam wahyu yang diturunkan, bukan semata-mata berdasarkan kepada pemikiran sendiri serta hasil percobaan sendiri. Dari presepsi inilah kita bisa tahu, bila millah menjadi pendorong dalam mengoptimalkan kebudayaan Islam, maka umat yang akan menjadi subjeknya. Berdasarkan dengan jati diri ummah yang menopang pada syariat. Dalam rangka konsep ummah inilah perlunya difahami kedudukan kebudayaan Islam serta perannya dan ciri-cirinya dalam hidup manusia.

2.2.3. Tsaqafah
            Nilai tsaqafah merupakan esensi dalam kebudayaan Islam. Kebudayaan dalam Bahasa Arab diantaranya disebut dengan menggunakan kata tsaqafah. Kata tsaqafah datangnya dari kata dasar tsaqifa yatsqafu tsaqafan yang dalam bahasa arab klasik berarti menjadi tajam, cerdas atau cerdik akal seseorang. Adapan yang dimaksud dengan tsaqafah Islamiyah adalah keseluruhan cara hidup, berfikir, nilai-nilai dan sikap termasuk institusi-institusi serta artifak-artifak yang membantu kehidupan yang semuanya timbul, berkembang dan disuburkan dalam acuan syariat islam dan sunnah nabi.

            Islam sangat terikat dengan tsaqafah. Dengan pengaplikasian tsaqafah yang matang, pembentukan manusia sebagai insan yang disiplin dan sesuai dengan konsep ummah dapat membuahkan hasil yang sempurna. Baik dilihat dari segi akal dan budi pekerti sebagai makhluq yang rohaniyah dan aqliyah. Perihal yang sulit hanyalah disaat suatu kebudayaan atau tradisi dapat diarahkan menuju kriteria tsaqafah islamiyah. Karena dalam potret yang lebih meluas, banyak sekali budaya namun kehilangan unsur tsaqafahnya. Sehingga pola pikir yang digunakan tidak sejalan dengan tuntunan syariah.

2.2.4. Hadarah
Menurut Effat Ash – Sarqawi, (1986:5) :
Peradaban Islam adalah terjemahan dari kata “Al-Hadharah Al-Islamiyyah” kata arab ini sering pula diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia dengan “kebudayaan Islam”. Kebudayaan dalam bahasa arab adalah ats-tsaqafah seperti yang dijelaskan di atas. Di Indonesia, sebagaimana juga di Arab dan Barat, masih banyak orang yang menyinonimkan dua kata ‘kebudayaan (Arab, ats-tsaqafah; Inggris, culture) dan ‘peradaban’ (Arab, al-hadharah; Inggris, civilization). Dalam perkembangan ilmu antropologi sekarang, kedua istilah itu dibedakan. Kebudayaan adalah bentuk ungkapan tentang semangat mendalam suatu masyarakat, sedangkan manifestasi-manifestasi kemajuan mekanis dan teknologis lebih berkaitan dengan peradaban. Kalau kebudayaan lebih banyak direfleksikan dalam seni, sastra, religi (agama), dan moral, peradaban terefleksi dalam politik, ekonomi, dan teknologi. 

Berdasarkan hal itu, apabila kita membicarakan mengenai kebudayaan Islam, dibicarakanlah pula berkenaan dengan kehidupan sosial dan nilai-nilai yang berkaitan dengan ajaran Islam yang timbul dan diamalkan di kalangan mereka agar terbentuk kehidupan bernegara serta kehidupan kolektif yang tersusun. Karena peradaban tidak mungkin statis, namun mengalami perkembangan yang signifikan. Persaingan ketat pastilah terjadi dalam pembangunan peradaban. Peradaban Islam tidak seharusnya menjadi ekor bukan?

2.2.5. Tamaddun
            Mungkin perlu dihemat juga, apabila membicarakan kebudayaan dalam Islam, diteliti pula akan unsur yang satu ini yaitu Tamaddun. Kebudayaan Islam dipanggil sebagai At-Tamaddun Al-Islami. Kata tamaddun diambil dari kata dasar diambil dari kata dasar tamaddana yatamaddanu tamaddunan yang bermakna datang ke sebuah bandar atau membina bandar-bandar atau kota-kota, menjadi kaum atau seseorang yang mempunyai peradaban. Sehingga dalam arti yang sesungguhnya, tamaddun berarti menjadi kaum yang mempunyai peradaban dengan kehidupan sosial yang kedepan.

            Dalam pembahasan ini pula, tamaddun tidak jauh berbeda dari hadarah. Hadarah dalam kebudayaan Islam lebih menitikberatkan mengenai cara berpola pikir menuju ummah yang beradab. Sedangkan tamaddun lebih membahas mengenai keadventarisan atau penunjang yang tidak bersumber dari subjek atau bisa dikatakan sebagai faktor eksternal. Seperti diberlakukannya hukum dalam suatu kenegaraan tertentu.

2.2.6. Adab
            Kata adab merupakan culture atau kebudayaan yang sebenarnya dikehendaki. Adab yang dimaksudkan ini adalah adab dalam pengertian yang paling luas  yang merangkumi kemampuan meletakkan sesuatu pada tempat yang sewajarnya. 

            Sifat adab ini bila disebarkan ke dalam masyarakat dan kehidupan budaya, akan menimbulkan kesan yang menyeluruh di dalam kehidupan kolektif. Kesadaran tentang maksud adab yang menyeluruh itu terbayang dan nyata walaupun dalam tajuk kitab, seperti adab ad-dunya wad din karya Abul Hasan Al Mawardi.

            Inilah istilah-istilah yang digunakan untuk menyebutkan identiti kolektif umat Islam. Terutama yang kandungan semantiknya bisa membantu kita dalam memahami beberapa ciri, baik dari segi ideational, institutional, dan juga axiological dalam kehidupan islam itu sendiri.

2.3. Potret Budaya Dalam Islam
            Kebudayaan dalam garis besar berporos pada istilah ‘karya’ dan ‘cipta’. Hanya saja terkadang kita sulit untuk membedakan dua kata ini. Coba kita pikirkan tentang kalimat berikut “menciptakan sebuah karya”. Kalimat tadi tentu kita katakan riil dan selaras kita dengar. Bagaimana seandainya “mengkaryakan sebuah ciptaan”. Logiskah?

Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi (1964:113) :
 Karya merupakan bentuk dari masyarakat yang menghasilakn teknologi dan kebudayaan kebendaan (material culture) yang diperlukan oleh manusia untuk menguasai alam sekitarnya, agar kekuatan serta hasilnya dapat digunakan untuk keperluan masyarakat. Rasa yang meliputi jiwa manusia, mewujudkan segala kaidah dan nilai-nilai sosial yang perlu untuk mengatur masalah-masalah kemasyarakatan dalam arti yang luas. Agama, ideologi, kebatinan, dan kesenian yang merupakan hasil ekspil jiwa manusia yang hidup sebagai anggota masyarakat, termasuk di dalamnya.

Cipta merupakan kemampuan mental, kemampuan berfikir orang-orang yang hidup bermasyarakat, antara lain menghasilkan filsafat serta ilmu pengetahuan. Cipta bisa berbentuk teori murni dan bisa juga telah disusun sehingga dapat langsung diamalkan oleh masyarakat. Semua karya, rasa dan cipta dikuasai oleh karsa orang-orang yang menentukan kegunaannya agar sesuai dengan kepentingan sebagian besar atau seluruh masyarakat.

Dari pengertian tadi, pantas saja kita mengucapkan “menciptakan karya” daripada “mengkaryakan cipta”. Karena cipta adalah kemampuan mental atau pola berfikir untuk mewujudkan, sedangkan karya adalah objeknya. Lalu bagaimana tinjauan budaya selanjutnya?

            Menurut Koentjaraningrat, (1985:5) :
Kebudayaan paling tidak mempunyai tiga wujud, (1) wujud ideal, yaitu wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya, (2) wujud kelakuan, yaitu wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat, dan (3) wujud benda, yaitu wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya.
إنما بعثت لأتمم صالح الأخلاق رواه بخاري
Begitulah misi yang diemban Rasulullah. Kaum Quraisy yang merupakan cikal bakal sejarah kenabian Muhammad sebenarnya merupakan kaum yang kaya akan budaya. Mereka sangat terkenal dengan penyair-penyair yang handal. Sering pula digelar kompetisi bergengsi antar penyair yang dikenal dengan pasar ‘Uqod. Selain dari itu, kaum Quraisy merupakan etnik arab yang sangat fasih dalam berbahasa dan beretorika. Hanya saja kebudayaan yang mereka tekuni itu berujung pada sisi negatif. 

            Tradisi nenek moyang yang mereka anut begitu kental. Patung sembahan mereka arsitekturkan sendiri dengan modal tanah liat, buah-buahan dan sejenisnya. Peperangan antar suku, mengubur anak perempuan hidup-hidup dan tindak kriminal lainnya. Dari hal itu, kaum Quraisy menjadi sangat minim sekali akan peradaban. Sehingga mereka disebut dengan jaum Jahiliyah (bodoh). Ini merupakan potret kebudayaan masa lalu yang tidak menopang pada peradaban sehingga rusak oleh kebudayaan itu sendiri. 

            Lalu, Rasulullah datang dengan membawa peradaban yang sesungguhnya. Beliau memberikan pelajaran yang haq dan menyelaraskan antara budaya dan peradaban. Bukti otentiknya terjawab dengan diturunkannya Al-Quran sebagai wahyu dan i’jaz (melemahkan) terhadap kebudayaan orang Quraisy pada saat itu yang kental akan dunia bersyair. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Islam tumbuh disertai dengan perkembangan budaya yang terkontaminasi oleh peradaban. Seperti itulah potret singkat akan budaya di masa lalu, dimana peradaban dan kebudayaan Islam berkembang pesat hingga akhirnya resmi dijatuhkan pada tahun 1924. 

Tinjauan yang sedang dikembangkan kini adalah realita yang menunjukkan bahwa Islam akan dihancurkan oleh budaya. Budaya yang sudah tidak original untuk dikatakan sebagai budaya Islam. Ketampakan potret budaya itu sendiri pada aslinya telah dihilangkan oleh masyarakat pada umumnya. Anggapan yang mengatakan bahwa budaya adalah seni tidaklah salah, hanya saja perlu dikembangkan. Seni yang diartikan sebagai budaya hanyalah tampak dengan tari-tarian, lagu-lagu, pertunjukan, hasta karya dan sejenisnya. Padahal, seni yang merupakan poin terpenting dalam budaya adalah seni bertingkah laku. Kitapun tahu bahwa dalam Islam hal yang demikian sangatlah dipelajari. Namun pada koenteks yang sebenarnya umat Islam malah meninggalkan kebudayaannya sendiri. Akankan Islam membenarkan tingkah laku ummat yang tidak menghormati orang tua, guru, sejarah dan tentunya Nabi? Tingkah laku umat Islam saat ini perlu dibenahi atau bahkan direkonstruksi ulang. Bukan berarti Islam melarang umat untuk menjauhi media, melainkan memperlakukan media dengan budaya bersikap yang Islam ajarkan. Sebuah kebudayaan sebenarnya tidak harus ditinggalkan hanya karena alasan yang disebut “kuno” atau “kolot”. Tapi bagaimana kebudayaan Islam bisa dikembangkan ke arah yang lebih maju. Perubahan itu ada karena didasari  tekad. Akankah cukup argumentasi tanpa aksi? Wallahu’alam.


BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
            Kebudayaan adalah potensi suatu masyarakat untuk menciptakan suatu karya. Kebudayaan tidak akan terlepas dari beberapa unsur penting yang terdiri dari peradaban dan agama. Kebudayaan dan peradaban memiliki ikatan yang akan menurunkan martabat bangsa bila keduanya tidak saling melengkapi. Budaya merupakan karya dan peradabanlah yang menjadi wadah dalam mengembangkan karya tersebut.
            Kebudayaan juga erat hubungan dengan agama. Karena budaya hidup dalam agama dan agama yang mengatur fungsi dan peran budaya. Tidak ada budaya yang tidak diatur oleh agama. Dengan agama, penjabaran budaya menjadi meluas. Tidak hanya budaya yang bersifat kesenian belaka. Namun kebanyakan orang telah melupakan dan menghilangkan jati diri budaya yang sebenarnya. 

            Dari itu pula, Islam besar dengan kebudayaan serta peradaban yang dikembangkan oleh umatnya. Lalu apakah islam akan dihancur pula oleh budaya yang telah disuapkan pada umat Islam sendiri?

3.2. Saran
            Budaya adalah imej bangsa, Budaya adalah tonggak keistimewaan suatu bangsa, dan budaya merupakan pembentuk sejarah. Bangsa yang besar adalah bangsa yang peka akan sejarahnya. Tidak hanya tahu, namun bisa mengaplikasikan dan bisa melesatarikan.

           
           
DAFTAR PUSTAKA
Ø  Ash-Sharqawi, Effat. 1986. Filsafat Kebudayaan Islam. Bandung: Penerbit Pustaka.
Ø  Fakhrudin, Arif & Irhamah, Siti. 2011.  Al-Hidayah (Al-Quran Tafsir Per Kata Tajwid Kode Angka). Banten: Kalim.
Ø  Kbbi.offline.
Ø  Koentjaraningrat. 1985. Kebudayaan Mentalitas, dan Pembangunan. Jakarta: Gramedia.
Ø  Soemardjan, Selo & Soemardi, Soelaiman. 1964. Setangkai Bunga Sosiologi. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Ø  Supriyadi, Dedi. 2008. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Pustaka Setia.
Ø  Yunus, Mahmud. 2010. Kamus Arab-Indonesia. Jakarta: PT. Mahmud Yunus Wa  Dzurriyah.
Ø  Zadeh, Ilmi Faidullah Al-Hasaniy. Tanpa Tahun. Fathur Rahman. Beirut: Darul Minhaj.



Hasil gambar untuk kebudayaan islam di indonesiaHasil gambar untuk kebudayaan islam di indonesia


Tidak ada komentar:

Posting Komentar